Sabtu, 25 Desember 2010

THE ENTERTAINING WEDDING : Pernikahan Bersemarak Hiburan




Derwin & Bena adalah pasangan 'dancer' sarat prestasi yang sangat mengerti dan menjiwai hobi sekaligus profesi mereka. Pemahaman mendalam ini diimplementasikan dengan sempurna pada resepsi pernikahan mereka berdua. Sebuah resepsi pernikahan "Full Entertaiment" disuguhkan untuk menyenangkan dan menghibur para tamu undangan, kerabat, sahabat, dan siapapun yang hadir saat itu.


Para tamu undangan datang disambut dengan rangkaian foto pre-wedding Derwin  & Bena dalam pose-pose atraktif. Tema 'Dancing' mendominasi dokumentasi tersebut dalam balutan dekorasi bergaya minimalis nan artisik. Memasuki lobi, atmosfir gemerlap bertabur cahaya berhias bunga segar dengan ranting-ranting putih. Sebuah poster besar pasangan  Derwin & Bena pada rangkaian anak tangga menjadi point of interest di ruangan ini. Mungkin, Tito Simon sang photographer mengilustrasikan proses kehidupan layaknya menapaki sebuah tangga. Kadang kita harus naik mendaki dan kadang pula berhenti untuk diam sejenak. Tetapi, juga harus menuruninya untuk kemudian bergerak naik kembali. Itulah dinamika kehidupan ....


Memasuki area utama, pasangan Derwin & Bena dan keluarga disambut semburan kembang api yang menakjubkan. Sebuah acara penuh hiburan segera dimulai. Sang pengantin kontan menjadi pusat perhatian utama para tamu undangan. Didampingi orang tua beserta kerabat terkasih, mereka berjalan di atas karpet hitam diiringan suara saxophone nan romantis. Tata rias dari Savitri Wedding berpadu apik dengan busana desain Ayok Dwipancara bernuansa etnik modern serasi dengan tema resepsi pernikahan malam itu. 
 


Pasangan Derwin & Bena beserta orang tua mereka menuju pelaminan utama bergaya minimalis dengan rangkaian bunga-bunga cantik karya Savitri Decoratian. Perhatian semua pengunjung tertuju pada area yang malam itu didesain elegan juga artistik hasil kolaborasi Tim Desain, Derwin & Bena beserta orang tua mereka yang kaya ide dan kreatifitas. Para tamu undangan pun bergegas menuju pelaminan memberi ucapan selamat kepada kedua mempelai dan orang tua berikut ucapan doa untuk kebahagian mereka. 



Semarak hiburan menjadi tema utama resepsi pernikahan malam ini. Sahabat-sahabat Derwin & Bena dari kalangan entertainer memberi hadiah terindah di hari bahagia mereka. Duo MC nan keren, Band yang siip abis, dan Trio Vocal yang ciamik berganti mengisi acara ini. Tari tradisional modifikasi tampil menarik bersanding dengan eksotiknya Salsa dan Capoeira berpadu Hip Hop Dance nan energik. Rulland Duo Percussion tidak ketinggalan menghentak riuh dengan lusinan alat perkusi. Kejutan tak terduga hadir dari kolaborasi 'East Meet West' dari Perkusi Rebana dan Duo Percusion, atraktif sekaligus muantap gan ...  




Resepsi pernikahan Derwin & Bena menjadi sangat menghibur bagi semua orang yang hadir malam itu. 'The Entertaining Wedding' benar-benar sempurna terwujud dari awal hingga akhir. Selamat menempuh hidup baru Derwin & Bena, semoga kehidupan kalian berjalan dengan penuh kebahagiaan. Teruslah menari untuk menyenangkan dan membahagiakan kalayak banyak ....

Tata Rias : Savitri Wedding - Tata Busana : Ayok Dwipancara
Decoration : Savitri Decoration -  Photography&Design : Savitri Pictures
 


 

Selasa, 30 November 2010

CULTURAL WONDERS : Keajaiban Budaya Indonesia


Inggrid Stromman berasal dari Norwegia, ia mendapat kenang-kenangan indah berupa dokumentasi mengenakan busana adat khas Makasar. Busana berwarna merah menyala layaknya jiwa pemberani para pelaut Bugis menjadi pilihannya. Berhias mahkota emas nan  indah lengkap dengan anting-anting dan kalung berukir khas Makasar menjadikan tata rias dan busana ini tampil menarik, berkarakter, dan mampu menciptakan keanggunan. Seorang anak yang sempat melihat foto di atas dengan polos berkata, "Itu foto Ratu Elizabeth dari Inggris ya .... ? ". Kita pun terperanjat, kemudian tersenyum dan mencoba memberi penjelasan panjang lebar.
 


Agar tampil khas Indonesia, Inggrid  'diwajibkan' bergaya luwes seperti para penari tradisional. Tetapi, rupanya hal ini sangat sulit ia dilakukan. Rara yang ikut mendampingi saat itu berusaha dengan taktis mengajarkan gaya khas Indonesia tersebut. Dan hasilnya berkali-kali gagal, tapi dengan segala upaya akhirnya Inggrid bisa juga. Walaupun tidak seluwes Rara, tetapi Inggid berhasil menirukan gaya luwes yang sangat khas Indonesia. Cheers ..... blitz !!! Hasilnya, mereka tampil menarik dengan tata rias & busana tradisional Makasar.



Mungkin, dokumentasi ini menjadi salah satu kenangan terindah bagi Inggrid saat di Indonesia. Kita berharap, ia bisa menjadi sahabat bagi Indonesia. Sahabat yang senantiasa mencintai beragam adat istiadat negeri dengan 17.508 pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Yang juga akan menyampaikan kepada kalayak banyak cerita tentang keajaiban budaya Nusantara ini. 

Semoga ....   


Terima kasih kepada Inggrid Stromman dan Rara.
Tata Rias & Busana oleh Savitri Wedding. Photo Studio oleh Sublimity Photography.



Jumat, 19 November 2010

SOERABAJA HERITAGE : 100 Tahun Oranje Hotel



‘City of Heroes’ adalah julukan kota Surabaya. Bukan sekedar julukan semata. Kota ini telah pengorbanan ribuan jiwa rakyatnya untuk bertempur hebat mempertahankan kemerdekaan NKRI. Tetesan darah dan air mata tumpah ruah di berbagai sudut kota pada pertempuran 10 November 1945 yang melegenda. Heroisme rakyat Surabaya melawan imperialisme kemudian dicatatat dengan tinta emas sejarah perjuangan Indonesia.


Sebuah situs bersejarah di tengah kota Surabaya sangat terkait erat dengan peristiwa pertempuran bulan November itu adalah 'Oranje Hotel'. Penyobekan bendera Belanda menjadi bendera Merah Putih pada 19 September 1945 di salah satu menara hotel ini menjadi awal rangkaian pertempuran Surabaya. Momentum dramatis tersebut menjadi simbol perlawanan dan perjuangan bangsa Indonesia pasca kemerdekaan. Peristiwa heroik yang legendaris itu akhirnya menginspirasi generasi demi generasi bangsa ini.   


Adalah Lucas Martin Sarkies bersama saudara-saudaranya mendirikan hotel ini pada tahun 1910. Pria berkebangsaan Armenia yang menikahi wanita asal Denmark mengambil nama 'Oranje' dari nama keluarga Ratu Belanda saat itu. Hotel ini merupakan jaringan perhotelan keluarga Sarkies di Asia yang dibangun setelah Raffles Hotel - Singapura, The Strand Hotel - Myanmar, The Eastern and Oriental Hotel - Malaysia, dan Niagara Hotel- Lawang Jawa Timur. Sejarah mencatatat Oranje Hotel (1910) berkali-kali berubah nama. Yamato Hoteru (1942), Merdeka Hotel / Liberty Hotel (1945), LMS Hotel (1946), Majapahit Hotel (1669), kemudian Mandarin Oriental Majapahit Hotel (1996), dan akhirmya kembali menjadi Majapahit Hotel (2006) hingga saat ini.


Pesona hotel ini didukung oleh nilai-nilai historis yang menyelimutinya dan juga cerita tentang para penghuninya. Kamar Merdeka no. 33 adalah kamar Residen Belanda saat peristiwa penyobekan bendera merah putih biru oleh para pejuang Surabaya. Kamar Sarkies no. 44 merupakan tempat tinggal keluarga Sarkies sang pendiri hotel ini. Pada tahun 1936, bintang film komedi Charlie Chaplin menjadi tamu kehormatan bersama Crown Prince Leopold II dan Princess Astrid of Belgium di saat perayaan tahun perak Oranje Hotel.



Romantisme sejarah masa lalu selama 100 tahun lebih kini menjadi atmosfer utama hotel dengan 150 kamar ini. Venue menakjubkan di berbagai sudut hotel yang masih orisinil kini dapat dinikmati dan juga bisa menjadi dekorasi apik untuk pemotretan documentation, pre wedding, wedding, atau modeling. Bangunan asli bergaya colonial art nouveau didesain arsitek Belanda, J. Afprey dengan hamparan taman ala Eropa dilengkapi kolam beserta air mancur. Pohon-pohon besar yang rindang dikelilingi kamar-kamar hotel memberikan view nan indah sekaligus menciptakan suasana nyaman dengan kesegaran sirkulasi udara alami




Pilar-pilar artistik sepanjang selasar berjejer kokoh beralas lantai teraso demgam berdesain simple. Tangga kayu jati tua dikombinasi besi cor putih menjadi penghubung antar kamar di lantai dasar dengan lantai atas. Balkon menjadi tempat favorit untuk memandang keunikan hotel ini dari berbagai sudut. Jendela-jendela stain glass yang sangat besar dengan material kaca patri beraneka bentuk mendominasi sebagian besar bangunan. Lobby asli yang kini menjadi ballroom menunjukkan karisma bangunan hotel ini mampu bersinergi dengan segala kandungan sejarahnya. Suiteroom mewah bernuansa hommy dengan pintu jati berukiran khas Jepara akan menyambut para tamu kelas atas. Sebuah lokasi sempurna untuk berfoto ria menumpahkan segala kreasi menciptakan dokumentasi nan menawan.



Sebuah warisan sarat nilai sejarah yang akan terus dilestarikan untuk menjadi potret historis masa lalu dan inspirasi kemajuan masa depan .....  


Tata Rias : Savitri Wedding - Kebaya : Ayok Dwipancara - Model : Shanty & Irin
Foto Majapahit Hotel & Sarkies Brothers : Disadur dari berbagai sumber
Foto Modeling : Sublimity Photography

Sabtu, 13 November 2010

WISUDA CANTIK : " Siapa Takut !!! "


Wisuda menjadi saat yang dinanti mahasiswa dan mahasiswi setelah lulus melewati ujian nan melelahkan, mendebarkan, sekaligus menegangkan. Semua jerih payah selama mengikuti  pembelajaran di berbagai institusi pendidikan seakan terbayar lunas.

Kini saatnya untuk merayakan hari bahagia ini dengan suka cita. Ada yang menyandang gelar Sarjana Teknik, Sarjana Ekonomi, Sarjana Filsafat, Dokter, Arsitek, Desainer, atau diploma dari bermacam bidang lainnya. Sebagian berencana langsung bekerja dan sebagian lagi hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Momentum wisuda yang menandakan pencapaian sebuah cita-cita dan tentunya sangat  membanggakan orang tua, kerabat, sahabat, maupun orang-orang terdekat sehingga layak dihargai serta disambut dengan kegembiraan.



Tampil istimewa di saat istimewa yang tidak terjadi setiap saat seperti even wisuda tentulah menjadi sebuah keharusan. SAVITRI BEAUTY dengan senang hati akan membantu rekan-rekan yang mengikuti wisuda dengan menyediakan layanan tata rias & busana agar tampil beda dari biasanya. Dengan penata rias yang mumpuni dan fasilitas lengkap akan menjadikan penampilan para wisudawati menjadi lebih menarik. Setelah semua selesai dirias dan didandani, jangan lupa didokumentasi agar menjadi kenangan yang bisa memotivasi untuk menuju proses kehidupan masa depan yang lebih bernilai. 

Sekali lagi, selamat ....  WISUDA CANTIK ? Siapa Takut !!! 


Terima kasih kepada Mbak Anin, Mbak Shannaz & Keluarga.
Photo studio oleh Sublimity Photography. 

Sabtu, 23 Oktober 2010

LE MAYEUR & NI POLLOK : Lukisan Impresionis Cinta dan Kehidupan



Pantai Sanur yang hangat pernah menjadi saksi keindahan cinta pelukis impresionis Andrien Jean Le Mayeur dengan seorang penari Bali, Ni Nyoman Pollok. Kisah mereka seakan menjadi legenda cinta yang tetap hidup sampai detik ini dalam ingatan, cerita, dan imajinasi yang terekam jelas dalam lukisan-lukisan Le Mayeur ....


Bagi seorang impresionis, Le Mayeur sangat mengagungkan tiga hal dalam hidupnya, yaitu : keindahan, sinar matahari, dan keheningan. Semangat sebagai musafir pelukis, menyebabkan ia berpetualang mencari obsesi hidup dengan menjelajah tempat-tempat eksotik di belahan dunia. Perancis, Italia, Maroko, Tunisia, Aljazair, India, Thailand, Kamboja, dan Tahiti telah dijejakinya. Terlahir sebagai bangsawan anggota kerajaan Belgia dan berpendidikan insinyur sipil politeknik di Libre University, Brussel, tidak menyurutkan minatnya menjadi pelukis. Hal yang sebenarnya sangat ditentang keras oleh sang ayah. Tetapi ironis, bakat besar tersebut justru diturunkan langsung dari ayahnya yang juga pelukis.



Tahun 1932 dengan mengikuti sebuah ekspedisi melalui perjalanan laut, Le Mayeur menginjakkan kaki di Singaraja. Sebuah kota pelabuhan laut di pesisir pantai utara yang  dulunya merupakan ibukota provinsi Bali. Pulau yang selama ini hanya dikenalnya melalui film, kini benar-benar dijejaki dan ia merasakan tempat ini adalah obsesi yang dicari. Denpasar adalah tempat yang kemudian dituju untuk memulai petualangan baru. Ia menetap di sebuah rumah kontrakan sederhana di Banjar Kelandis, pinggiran kota Denpasar.


Seorang penari Legong Keraton berusia 15 tahun yang sering tampil di Pura Dalem Prajurit Desa Kelandis sangat menarik perhatian Le Mayeur. Kecantikan khas Bali, tubuh tinggi semampai, berwajah lonjong, lesung pipit di pipi, dan terampil dalam olah seni tari menggguncang jiwa dan merenguh hati sang musafir. Ni Nyoman Pollok atau Ni Pollok demikian ia akrab dipanggil, anak desa kasta sudra yang tidak dapat membaca dan juga tidak mengenal Bahasa Indonesia tetapi memiliki anugerah talenta tari luar biasa. Gerak tari nan elegan memancing hasrat Le Mayeur untuk menjadikannya sebagai model lukisan. Upah Rp 1 (satu rupiah) per hari dibayar di muka oleh Le Mayeur kepada Ni Polok untuk masa sebulan penuh. Sebuah penghargaan bernilai tinggi untuk model lukisan pada masa itu.



Alam tropis Bali dan pribadi bersahaja Ni Pollok mampu menjadi stimulan dari semua karya-karya Le Mayeur. Ia melukis dan terus melukis bersama sang model. Mengabdikan segala hidup untuk menggambarkan alam Bali dengan budaya yang berkarakter berikut aneka flora kaya warna serta pantai dan laut yang berkilau ditimpa sinar mentari. Rekaman imajinasi impresionis yang tak terhingga menjadikan lukisan-lukisan Le Mayeur memiliki kekuatan goresan kuas, warna-warna cerah, komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan, dan subyek lukisan yang tidak terlalu menonjol serta memiliki sudut pandang yang tidak biasa.


Karya-karya Le Mayeur dipamerkan di Singapore tahun 1933 mencetak sukses besar dan mendapat apresiasi luas di kalangan seni. Ia kembali ke Bali dan melupakan rencana awalnya untuk tinggal di pulau ini hanya selama 8 bulan saja. Sepetak tanah di tepian pantai Sanur dibelinya dan dibangun sebuah rumah merangkap studio sederhana dari bambu beratap alang-alang menghadap laut lepas. Pantai Sanur kala itu masih sepi dan alami menjadi halaman yang luas bagi rumah pelukis kelahiran 9 Februari 1880 di Ixelles, Brussel, Belgia ini. Pohon nyiur, tanaman tropis, hamparan sawah, dan alang-alang sepanjang pantai seakan menjadi taman pribadi miliknya.

Le Mayeur dan Ni Pollok bekerja sepanjang hari selama bertahun-tahun di tepi pantai, di bawah nyiur, di tepi kolam teratai, atau di atas hamparan tanaman liar. Semuanya meraka kerjakan dengan kecintaan dan dedikasi tinggi. Di waktu sela Le Mayeur mulai mengenalkan Ni Pollok pada huruf dan angka di atas pasir dengan sebatang ranting sebagai alat tulis. Ia juga mengajarkan Bahasa Perancis dan Inggris kepada Ni Pollok, sekaligus memperlancar Bahasa Indonesia.


Tiga tahun berlalu, tahun 1935 diusia Le Mayeur 52 tahun dan Ni Pollok berusia 18 tahun, jalinan cinta kasih mereka dikukuhkan dalam sebuah perkawinan dengan adat Bali. Ni Pollok pun tetap menjadi model bagi lukisan Le Mayeur. Keunikan karya-karya Le Mayeur yang menampilkan Ni Pollok bersama beberapa wanita lainnya sebenarnya merupakan gambar dari Ni Pollok seorang yang tampilkan dalam berbagai pose berbeda. Sebagai seorang istri, Le Mayeur memberi kebebasan Ni Pollok untuk memilih lukisan mana yang ingin dikoleksi dan mana yang akan dijual. Lukisan-lukisan yang tidak dijual menjadi hiasan bagi rumah mereka.



Le Mayeur mencetak kesuksesan setiap kali melakukan pameran di Singapura. Semua hasil penjualan lukisan ia digunakan untuk memperindah rumah dan studionya. Ketekunannya bertahun-tahun melengkapi rumah itu dengan pintu, jendela, meja kursi, dan rak buku dari kayu jati berukir khas Bali menjadikan hunian yang lengkap dan indah. Sebuah meja tamu antik berbentuk persegi delapan lengkap dengan delapan buah kursi memerlukan waktu enam bulan pengerjaan. Ida Bagus Made Mas, seniman ukir kayu membutuhkan waktu hingga 20 tahun untuk menuntaskan semua pekerjaan. Le Mayeur memberi perhatian khusus pada halaman, taman bunga, dan kolam teratai dengan hiasan patung-patung togog khas Bali.
 

Kini, rumah sederhana itu telah menjadi hunian yang cantik, secantik pemandangan laut lepas di hadapannya. Kemasyuran Le Mayeur menarik minat pelukis-pelukis Eropa datang dan menetap di Bali. Banyak tamu asing berkunjung ke tempat Le Mayeur yang dikenal eksentrik sambil menikmati tarian Ni Pollok yang eksotik diiringi gamelan di atas pasir pantai. Nama Sanur Bali pun sohor ke penjuru dunia dan Presiden RI pertama Ir. Sukarno mendirikan Bali Beach Hotel (kini bernama Grand Bali Beach Hotel) sebagai hotel internasional pertama di Bali untuk wisatawan manca negara yang berdekatan dengan tempat tinggal Le Mayeur dan Ni Pollok.

Di antara kebahagiaan, kesenangan, dan kemudahan hidup yang dijalani Ni Pollok, satu keinginannya untuk memiliki keturunan sangat memberatkan hatinya. “Kalau Pollok mengandung anak, tubuhmu nanti akan berubah dan jelek. Pollok tidak bisa lagi menjadi model. Biarlah kita korbankan seluruh hidup kita untuk seni, Pollok ....” demikian kata Le Mayeur kepada istri terkasih, seperti yang tertulis dalam buku ‘Ni Pollok : Model dari Desa Kelandis’ ditulis oleh Yati Maryati Wiharja (1976). Pengorbanan besar mereka untuk dunia seni lukis menjadikan lukisan Le Mayeur saat ini menjadi salah satu master piece dengan nilai mendekati US $ 1.000.000,- Bahkan balai lelang Christie's mengestimasikan nilai US $ 1.1200.000 s.d 1.282.100,- untuk sebuah lukisan asli Le Mayeur berukuran 200x150 cm Nilai yang sangat layak untuk sebuah karya besar berlandaskan kekuatan cinta dan pengorbanan mendalam.


Pada tahun 1958, Le Mayeur didiagnosa menderita kanker telinga dan meninggalkan Bali ditemani oleh Ni Pollok untuk mendapatkan perawatan medis di Belgia. Setelah 2 bulan dirawat, Le Mayeur meninggal dunia pada usia 78 tahun dan dimakamkan di Ixelles, Brussel. Sepeninggal Le Mayeur, Ni Pollok kembali lagi ke Sanur dengan berbekal uang Rp 150.000,- untuk memperjuangan hidupnya sendiri dan merawat museum Le Mayeur yang telah diserahkan ke Pemerintah RI pada tanggal 28 Agustus 1957. Menurut perjanjian selama Ni Pollok masih hidup, dia berhak atas pendapatan museum itu walau dengan bantuan dana yang sangat minim dari pemerintah. 
 

Ni Pollok melanjutkan hidupnya dengan membangun rumah tinggal kecil di Denpasar pengganti rumah lama yang sudah jadi museum. Setengah dari luas tanah tersebut tetap menjadi milik keluarga Ni Pollok dan didirikan sebuah penginapan bernama 'Pollok Inn'. Sedangkan di area museum didirikan 'Pollok's Art Shop' yang kini menjadi salah satu sumber penghidupan keluarganya. Ia membuatkan patung setengah badan Le Mayeur sebagai dedikasi cintanya kepada sang suami. Patung ini kemudian berdampingan dengan patung dirinya dikala Ni Pollok telah meninggal dunia.




Ni Pollok berkesempatan mengangkat derajat ekonomi keluarganya yang papa dengan merawat anak-anak kakaknya, hal yang sempat dilarang oleh sang suami. Di masa tuanya, Ni Pollok sering mengunjungi lukisan dan barang-barang Le Mayeur yang telah dimiliki para kolektor di berbagai tempat. Dengan cintanya yang demikian mendalam, Ni Pollok setia merawat lukisan dan benda-benda tersebut hingga akhir hidupnya. Ia meninggal dunia di Denpasar pada tanggal 18 Juli 1985 dalam usia 68 tahun. 



Kini, museum Le Mayeur di tepian pantai Sanur, Denpasar - Bali menjadi saksi yang akan bercerita tentang warna warni kisah cinta dan perjalanan hidup kedua insan nan abadi.



* Artikel dan foto-foto disarikan dari berbagai sumber.

Minggu, 17 Oktober 2010

BEAUTIFUL PRE WEDDING : Keindahan Menjelang Pernikahan



Dokumentasi pre wedding, kini menjadi semakin penting bagi calon pasangan pengantin yang akan memasuki gerbang pernikahan. Foto-foto pre wedding tidak saja untuk melengkapi desain kartu undangan atau ditampilkan saat acara resepsi, tetapi dokumentasi tersebut bisa ‘bercerita lebih’ tentang sebuah proses menuju ikatan sakral sepasang anak manusia dalam mengawali  kehidupan baru.
  

Berbagai warna-warni keindahan dapat ditampilkan dalam dokumentasi pre wedding baik di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor). Konsep pemotretan minimalis di dalam studio memerlukan perencanaan yang pas sehingga tanpa bantuan ornamen yang berlebihanpun hasilnya tetap maksimal. Pemilihan konsep yang mengedepankan atmosfir ceria dapat diwakili oleh warna tata rias & busana cerah dengan background yang senada dengan pasangan pengantin. Pemilihan latar belakang yang tepat menjadikan sebuah foto pre wedding  menarik untuk dipandang. Sebuah tangga berdesain klasik minimalis dengan warna dinding yang senada dengan warna busana akan lebih menguatkan karakter foto pre wedding.

 
Jika ingin menampilknan konsep yang menonjolkan sisi minimalis yang anggun, gunakan background dengan warna-warna monocrome, seperti : hitan, putih, atau abu-abu. Latar belakang gelap, seperti warna hitam akan menonjolkan subject yang ada di depannya. Pemilihan warna busana merah yang dominan akan semakin menampakkan sisi keanggunan dari pasangan kedua calon pengantin. 

 
Pilihan busana kebaya berwarna silver dengan paduan busana pria bernuansa hitam yang kontras akan menjadi menarik bilamana ditampilkan dalam background bernuansa putih bersih. Warna yang kini menjadi favorit banyak bidang, seperti : arsitektur, otomotif, smartphone, atau notebook dengan atmosfir minimalis yang sangat kuat. Kita akan lebih leluasa jika bisa mengadopsi berbagai konsep warna dari bidang lain di luar photography. 

Kini, pilihan ada pada masing-masing calon pasangan pengantin. Mau memilih keindahan seperti apa yang diidam-idamkan untuk menjadi ‘cerita indah' untuk disampaikan kepada keluarga, sahabat, atau anak, suatu saat nanti ..... 

* Terima kasih kepada : Mbak Imelda & Mas Aulia dan Mbak Laely & Mas Luqman.
* Foto pre wedding : Sublimity Photography.

Sabtu, 09 Oktober 2010

THE ROMANTIC SILVER : Romantisme Pernikahan Bernuansa Silver




Warna 'silver' dapat tampil romantis bilamana dipadukan dengan warna-warni bunga yang lembut berpadu dengan ornamen-ormanen minimalis semi klasik. Atmosfir pernikahan nan romantis tercipta dengan apik karena resepsi pernikahan ini dikonsep yang baik, direncanakan tepat, dan diimplementasikan dengan pas plus passion sepenuh hati. Sebuah karya yang bernilai pada akhirnya dapat dihasilkan sesuai keinginan kedua pengantin dan keluarga.




Pernikahan ini sangat menarik untuk dibahas karena proses desain tata dekorasi yang tidak seperti biasanya. Sebenarnya, kami (Savitri Wedding) mendapat pesanan merancang dekorasi pernikahan ini dari ibunda Ardian yang tinggal di Surabaya. Dengan beliau, kami berkomunikasi secara langsung untuk merancang konsep awal dekorasi pernikahan yang sesuai dengan keinginan calon pengantin. Berhubung kedua pengantin, Ardian & Maureen tinggal dan bekerja di Singapore, komunikasi kami dengan mereka hanya melalui email. Mulai dari mendiskusikan konsep, membuat rencana, sampai dengan desain final dilakukan melalui email. Teknologi ini sangat membantu kita untuk menyatukan visi terhadap konsep dekorasi yang diinginkan





Pada hari-hari terakhir menjelang resepsi pernikahan, kami mendapat email bahwa Ardian & Maureen menginginkan foto pre-wedding mereka di Singapore ditampilkan saat resepsi. Kami pun dengan senang hati menyanggupi permintaan tersebut. Sebuah rancangan dekorasi dinding berhias wallpaper silver berdesain semi classic kami siapkan. Sepasang meja konsul dengan vas bunga berdesain minimalis menjadi tempat memajang foto-foto pre-wedding yang sangat indah juga romantis.        



Saat resepsi pernikahan akan berlangsung, semua persiapan telah dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai rencana. Pelaminan utama berkonsep 'etnik minimalis' tampil anggun dengan tata desain bunga-bunga dan kain-kain bernuansa lembut demikian indah terlihat. Frame dekorasi berukir etnik yang khas berbalut warna silver yang modern. Tata dekorasi ini bagai kolaborasi keindahan budaya etnik Indonesia dengan warna-warni dinamika dunia modern. Pada hari ini pula, sebenarnya kami baru benar-benar bertemu langsung dengan Ardian & Maureen. Sungguh sangat unik, kami baru berkenalan dengan kedua pengantin tepat pada acara resepsi, he..he..he.....




Ardian & Maureen hadir demikian menarik, berjalan berlahan di hamparan karpet merah, dan menyapa ramah setiap undangan yang hadir. Pasangan serasi ini tampil dengan tata rias dan busana pernikahan bergaya internasional yang sangat apik. Keluarga yang berbahagia berjalan beriring mendampingi kedua mempelai menuju pelaminan pernikahan. Para undangan yang hadir tampak bersuka cita, menyelipkan doa pujian atas kebahagiaan pengantin dan keluarga. Tiada kata yang terucap kecuali ucapan syukur yang mendalam atas segala nikmat dan karunia yang diberikan oleh Sang Pencipta sehingga pernikahan ini dapat berlangsung dengan baik dan lancar .......  



Terima kasih yang sangat kami ucapkan kepada Ardian & Maureen berserta Keluarga atas segala kepercayaan yang telah diberikan untuk ikut serta mensukseskan acara pernikahan yang sangat berkesan ini.

Selamat menjalankan hidup baru kami ucapkan untuk Ardian & Maureen. Semoga kebahagiaan senantiasa  menyertai cinta kasih kalian mencapai cita-cita dan harapan hidup .....