Sabtu, 28 Agustus 2010

SIMPLICITY PRE WEDDING : Kesederhanaan Nan Abadi

-->

“Membuat lagu yang rumit lebih mudah dari menciptakan lagu yang sederhana. Kesederhanaan membuat sesuatu menjadi lebih abadi ....” kata John Winston Lennon kepada Mick Jagger suatu ketika. Dengan prinsip kesederhanaan itulah, kita kini masih mendengar lagu-lagu seorang Lennon.  Imagine, Jealous Guy, Mother, Stand By Me atau Woman sebagian lagu ciptaannya yang abadi sepanjang masa. 


Dunia mengenal pria kelahiran Liverpool – Inggris, 9 Oktober 1940 sejak ia bersama Paul McCartney, George Harrison dan Ringo Star membentuk The Beatles. Lennon memiliki pribadi sinisme karena keluarga disharmonis berkolaborasi dengan jiwa optimisme McCartney dari keluarga harmonis. Sebuah kombinasi yang bertolak belakang, tetapi justru menghasilkan karya-karya jenius yang sanggup melewati berbagai masa dan generasi. Love Me Do, Please Please Me, I Wanna Hold Your Hand, She Loves You menjadi hits dimana-mana. Kesederhanaan pula membuat warna-warni lagu The Beatles abadi, mungkin hingga akhir jaman nanti  ....  


Tahun 1970, Lennon mengakhiri kebersamaannya dengan The Beatles. Setahun berikutnya bersama Yoko Ono, ia melahirkan karya fenomenal Imagine. Maha karya John Lennon tersebut ditulis dengan lirik dan komposisi nada sederhana tetapi memiliki makna sangat mendalam. Lagu ini menjadi hymne perdamaian yang selalu diperdengarkan sebagai penyejuk di tengah gejolak dunia saat ini. 



Sebuah kesederhanaan bisa diimplementasikan dalam berbagai bentuk. Dokumentasi pre wedding juga dapat menerapkan prinsip ini. Dengan konsep yang matang dan kolaborasi yang pas akan mencipta dokumentasi pre wedding yang simple menjadi tidak biasa. Bahkan, banyak orang berpendapat bahwa karya sederhana dapat menjadi sebuah keunikkan yang mampu bercerita banyak tentang kepribadian masing-masing pasangan. 


Pasangan Dhita & Raymond adalah dua insan yang penuh canda. Nuansa keceriaan selalu hadir dalam kebersamaan dengan mereka. Rangkaian foto pre wedding ini yang sangat mewakili karakter mereka yang humoris. Tema ‘Story of  Love’ nan ceria sarat tawa mungkin bisa jadi tema yang tepat untuk pre wedding ini. 


Cerita sederhana lainnya bisa dimulai dari sebuah permen berbentuk hati melambangkan manisnya sebuah cinta. Tema ‘Sweet of Love’ mewakili  pre wedding nan unik dari pasangan Sari & Adit.  Dengan ekspresi yang asik kedua pasangan ini mampu mengekslorasi kebahagiaan mereka menjelang hari pernikahan.


Kesederhanaan juga dapat tampil memikat, pre wedding pasangan Dini & Edy dengan latar belakang serba putih bersih menjadikan dokumentasi ini elegant 'n' cool sesuai dengan karakater kedua pasangan ini. Berbalut konsep serba minimalis menjadikan dokumentasi pre wedding ini mewakili warna-warni indahnya cinta mereka.   


Benar kata John Lennon, kesederhahaan menjadikan sesuatu  lebih abadi. Dan, bait-bait lagu Imagine akan terus terdengar menjelajahi masa demi masa .........

" You may say that I'm a dreamer,
But I'm not the only one,
I hope someday you'll join us,
And the world will live as one . . . "



Photo & image John Lennon - The Beatles diambil dari berbagai sumber.
Photo pre wedding oleh Sublimity Photography.
Special thanks for Dhita-Raymond, Sari-Adit, Dini-Edy.

Kamis, 12 Agustus 2010

EAST MEETS WEST in LOVE : Pertemuan Timur & Barat dalam Sebuah Cinta



Sahabat kami Ima, beberapa waktu lalu telah melangsungkan pernikahan dengan Mark. Persahabatan kami dengan Ima bermula dari pertemuan-pertemuan di even fashion show. Dimana Ima sering meragakan tata rias maupun busana para make up artis dan fashion designer. Ima seorang peragawati profesional yang memiliki wawasan luas,  mudah bergaul dengan siapa saja serta asik diajak diskusi. Saat Ima pulang dari kuliahnya di London, ia menyampaikan keinginan menikah dengan tata rias & busana Jogja Paes Ageng, kami pun dengan suka cita menyambutnya.


 
Even sangat spesial ini mempertemukan dua latar belakang budaya berbeda. Pernikahan Ima dan Mark merupakan kolaborasi budaya timur yang sarat filosofi dengan budaya barat yang sangat moderat. Ima dengan latar budaya ketimuran yang menjunjung tinggi tata krama sedangkan Mark berlatar belakang budaya Jerman yang sangat dinamis dengan paradigma kekinian. Sebuah kombinasi mewakili generasi global yang akan mewarnai budaya dunia di masa depan.


Dipilihnya prosesi pernikahan dengan tata rias dan busana Jogja Paes Ageng menunjukkan kecintaan yang melekat erat pada keluarga ini terhadap kebudayaan Jawa (Indonesia). Prosesi pernikahan ini mengikuti kaidah-kaidah adat istiadat Jawa yang detil dan kaya makna. Diawali pemasangan bleketepe oleh ayah pengantin wanita di depan pintu masuk rumah sebagai tanda melangsungkan pernikahan. Hiasan tradisonal berupa tuwuhan terpasang di kanan-kiri pintu yang diberi pari ulen oleh  kedua orang tua, melambangkan sandang pangan serta kemakmuran untuk kedua mempelai.


Sungkeman kepada kedua orang tua dan sesepuh menjadi momen yang mengharukan. Prosesi ini menunjukkan bakti seorang anak kepada orang tua dan memohon restu agar pernikahan berjalan lancar dan penuh bahagia. Prosesi berikutnya adalah  siraman sebagai simbol mensucikan diri agar bersih jasmani dan rohani. Dilanjutkan dengan mecah kendi, kethok ritmo, dodolan dawet oleh ibunda tercinta berlangsung meriah diiringi tawa riang keluarga dan tamu undangan. 


Persiapan acara resepsi dilakukan Ima dengan penuh kesabaran, mengikuti semua tahap dan pekem baku tata rias & tata busana tradisional Jogja. Sang pengantin pria, ternyata dengan senang hati didandani pakaian pernikahan adat Jogja, walaupun baginya terasa agak ribet. Ia tidak pernah membayangkan prosesi pernikahannya di negeri ini begitu mendetil dan sarat tata krama. Sungguh berbeda dengan kebiasaan pernikahan ala Eropa yang lebih simple. Tapi, justru perbedaan tersebutlah yang membuat segala sesuatu menjadi lebih menarik dan berwarna. Seperti senandung irama sebuah orkestra yang berasal dari aneka alat musik tetapi tetap satu harmoni.    


Ima tampak demikian cantik dan anggun mengenakan tata rias & tata busana pernikahan Jogja Paes Ageng. Aura keindahan terpancar layaknya seorang putri keraton yang akan bersanding dengan seorang raja.  Mark dengan wajah berseri pun telah siap dengan busana pernikahan adat Jawa klasik. Ia pun dengan bangga berkata : “I am king of Java .... “. Kita yang mendengarkan pun ikut tertawa senang. Ternyata, Mark begitu bangga dengan busana yang ia kenakan. Dan .... sebuah prosesi pernikahan layaknya raja dan ratu Jawa nan agung akan berlangsung dengan hikmat.


Prosesi pernikahan berjalan dengan teratur dan penuh makna. Orang tua Ima dengan telaten dan penuh kasih sayang membimbing sang putri bersama mempelai pria mengikuti tahap demi tahap upacara adat ini. Sang kakak pun dengan sabar mendampingi adik terkasih menyelesaikan setiap prosesi acara pernikahan ini agar sempurna. Sebuah gambaran keluarga yang penuh kasih sayang dan saling menunjang satu dengan lainnya. Dan, para tamu undangan dan para sahabat yang hadir pun turut merasakan kebahagia ini. Puji syukur dan panjatan doa mereka sampaikan untuk kebagiaan kedua mempelai.


Kini, Ima bersama Mark telah kembali ke Jerman, dimana budaya yang dinamis serta denyut kehidupan modern berlangsung. Tetapi, segala kecintaan terhadap budaya Indonesia masih melekat kuat. Mereka akan menjadi duta budaya bangsa ini yang senantiasa mengenalkan kekayaan istiadat Indonesia dalam kemajemukan budaya barat. Pernikahan berkarakter budaya Indonesia menjadi pengalaman nan berharga untuk dikenang dan disampaikan ke kalayak.

Selamat menjalani sebuah kehidupan baru, doa kami untuk kebahagiaan kalian berdua. Ima dan Mark, dimanapun kalian berada tetaplah cinta budaya asli (100%) Indonesia.  

     

Rabu, 04 Agustus 2010

PERGINYA SANG MAESTRO : Selamat Jalan Iwan Tirta

Akhir bulan Juli 2010, pagi hari sekitar pk. 08.30 di Jakarta seorang Maestro Batik Indonesia telah berpulang ke Sang Pencipta. Nusjirwan Tirtaamidjaja atau lebih dikenal dengan nama IWAN TIRTA, lahir di Blora, Jawa Tengah pada 28 April 1935 dan menempuh pendidikan  formal di School of Oriental and African Studies, London University dan Master of Laws dari Yale University, Amerika Serikat. Tetapi, ia lebih memilih mengabdikan hidupnya sebagai desainer batik tulis untuk mengangkat keberadaan produk asli negeri ini ke tempat terhormat serta mampu menembus kemapanan adikarya perancang-perancang kelas dunia. 


Dengan pendidikan yang mempuni, ketekunan yang teguh Iwan Tirta berhasil mengembangkan dan mempopulerkan batik prada (pewarnaan keemasan) dengan motif berukuran besar berwarna cerah yang menghasilkan ‘Anugerah Karya Cipta Putera Bangsa Bank Bumi Puteri 2001’ dan ‘Anugerah Kebudayaan 2004 - Kategori Individu Peduli Tradisi’. Ia juga berhasil mensejajarkan batik tradisional menjadi adi busana nan indah yang tidak kalah gemerlap dengan maha karya desainer kelas dunia. Kepraktisan berbusana ala Barat diadaptasi dengan 'pas' oleh Iwan Tirta dengan keindahan desain batik tulis, membuat busana asli (100%) Indonesia ini kian digemari masyarakat luas.


 
Salah satu penggemar fanatik batik yang menonjol adalah Nelson Mandela, tokoh karismatik ini mengenal batik saat menghadiri Konferensi AFTA di Istana Bogor tahun 1994. Batik karya Iwan Tirta-lah yang membuatnya cinta abis dengan batik hingga saat ini. Mandela lebih sering mengenakan batik ketimbang busana khas negaranya di saat apa pun. Batik seolah sudah menjadi trade mark-nya (Baca artikel : ‘One Love . One Word : Pesan Spiritual Piala Dunia FIFA 2010). Tokoh-tokoh dunia juga kerap terlihat mengenakan batik, Bill Gates, Roger Moore, Carlos Santana,  ataupun Zinadine Zidane tampil keren dengan busana batik. Bahkan Manchester United (MU) pun tidak segan mendandani para selebriti lapangan hijaunya dengan batik dalam rangka promo tour ke Indonesia (walaupun akhirnya batal). Tampilnya batik di  even-even internasional dengan endorser para tokoh terkenal semakin meningkatkan citra batik sejajar dengan karya seni kelas dunia lainnya.    


 
Kreatifitas seorang Iwan Tirta selama 40 tahun lebih mendalami batik tulis telah menciptakan lebih dari 4.000 desain motif batik tulis. Seni kriya lainnya seperti perhiasan perak, perangkat makan poselen, atau pernik interior juga menjadi tempat menumpahkan imajinasi batiknya. Salah satu poin penting  keberhasilannya seperti yang pernah ia katakan adalah : “Kuncinya adalah pendidikan dan riset. Kita sangat kurang dalam dua hal itu”. Ia pun tiada lelah terus mendokumentasikan motif-motif batik tua, termasuk milik Puri Mangkunegaran, Solo ke dalam data digital dan di atas kertas. Data berharga tersebut tersebut menjadi pedomannya untuk mengembangkan motif baru sesuai selera zaman dengan tetap mempertahankan karakter khasnya. 

 



Kita sebagai Bangsa Indonesia sempat bangga saat global brand ADIDAS meluncurkan serial ’Material of the World – Indonesia’ (serial proyek Adidas menggunakan berbagai material khas dari berbagai negara di dunia) mengangkat batik sebagai wakil Indonesia bersanding dengan material khas Afrika, China, Jepang, Inggris, Mexico, Turki, dsb yang diaplikasikan pada produk sepatu, jaket, topi, dll. Batik yang pertama kali ditetapkan sebagai busana nasional bersama kebaya tahun 1968 oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu Ali Sadikin, akhirnya mendapat pengakuan resmi dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage) pada 2 Oktober 2009 lalu.    

 
Kini, Sang Maestro Batik telah tiada. Keyakinan dan motivasi Iwan Tirta yang terus bertekad mengabdikan hidupnya sebagai emban seni kriya Indonesia. “Saya tidak melahirkan batik, tetapi saya akan terus mengasuh dan memelihara yang ada. Seperti tugas emban.” tuturnya suatu ketika. Kini tongkat estafet ada pada diri kita masing-masing, teladan dan spirit seorang Iwan Tirta  kan terus menjadi inspirasi bagi kita semua dan generasi-generasi mendatang.
 


Selamat jalan Sang Maestro ..............

 

* Artikel dan foto-foto disarikan dari berbagai sumber.