Salah satu penggemar fanatik batik yang menonjol adalah Nelson Mandela, tokoh karismatik ini mengenal batik saat menghadiri Konferensi AFTA di Istana Bogor tahun 1994. Batik karya Iwan Tirta-lah yang membuatnya cinta abis dengan batik hingga saat ini. Mandela lebih sering mengenakan batik ketimbang busana khas negaranya di saat apa pun. Batik seolah sudah menjadi trade mark-nya (Baca artikel : ‘One Love . One Word : Pesan Spiritual Piala Dunia FIFA 2010). Tokoh-tokoh dunia juga kerap terlihat mengenakan batik, Bill Gates, Roger Moore, Carlos Santana, ataupun Zinadine Zidane tampil keren dengan busana batik. Bahkan Manchester United (MU) pun tidak segan mendandani para selebriti lapangan hijaunya dengan batik dalam rangka promo tour ke Indonesia (walaupun akhirnya batal). Tampilnya batik di even-even internasional dengan endorser para tokoh terkenal semakin meningkatkan citra batik sejajar dengan karya seni kelas dunia lainnya.
Kreatifitas seorang Iwan Tirta selama 40 tahun lebih mendalami batik tulis telah menciptakan lebih dari 4.000 desain motif batik tulis. Seni kriya lainnya seperti perhiasan perak, perangkat makan poselen, atau pernik interior juga menjadi tempat menumpahkan imajinasi batiknya. Salah satu poin penting keberhasilannya seperti yang pernah ia katakan adalah : “Kuncinya adalah pendidikan dan riset. Kita sangat kurang dalam dua hal itu”. Ia pun tiada lelah terus mendokumentasikan motif-motif batik tua, termasuk milik Puri Mangkunegaran, Solo ke dalam data digital dan di atas kertas. Data berharga tersebut tersebut menjadi pedomannya untuk mengembangkan motif baru sesuai selera zaman dengan tetap mempertahankan karakter khasnya.
Kita sebagai Bangsa Indonesia sempat bangga saat global brand ADIDAS meluncurkan serial ’Material of the World – Indonesia’ (serial proyek Adidas menggunakan berbagai material khas dari berbagai negara di dunia) mengangkat batik sebagai wakil Indonesia bersanding dengan material khas Afrika, China, Jepang, Inggris, Mexico, Turki, dsb yang diaplikasikan pada produk sepatu, jaket, topi, dll. Batik yang pertama kali ditetapkan sebagai busana nasional bersama kebaya tahun 1968 oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu Ali Sadikin, akhirnya mendapat pengakuan resmi dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia (World Heritage) pada 2 Oktober 2009 lalu.
Selamat jalan Sang Maestro ..............
* Artikel dan foto-foto disarikan dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar